Rabu, 05 Januari 2011

Memilih Pasanga Hidup

Memilih Pasangan Hidup

Dalam
membentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, pemilihan pasangan
hidup merupakan pintu gerbang pertama yang harus dilewati secara benar sebelum
masuk kepada lembaga keluarga Islami yang sesungguhnya, sehingga perjalanan
selanjutnya menjadi lebih mudah dan indah untuk dilalui.

Karena itu ajaran Islam
sangat menekankan system pemilihan pasangan hidup yang berpedoman kepada
nilai-nilai Islam. Tujuannya agar lelaki yang shalih akan mendapatkan wanita
yang shalihah, demikian pula sebaliknya. Allah berfirman:

"Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
(pula)” (QS. An Nuur: 26).

Mengapa Kita Harus
Selektif?

Kecermatan memilih pasangan
hidup sangat menentukan keberhasilan perjalanan seorang hamba di dunia dan
akhirat. Apalagi mengingat pernikahan merupakan bentuk penyatuan dari dua lawan
jenis yang berbeda dalam banyak hal, keduanya tentu memiliki kebaikan dan
keburukan yang tingkatannya juga berbeda satu sama lain.

Adalah menjadi suatu hak
dan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah untuk mencari pendamping yang
benar-benar akan membuka pintu kebaikan buat dirinya dan mengundang keridhaan
dari Rabb-nya dan hal ini hanya dapat dicapai bila diawali proses pemilihan
calon pasangan hidup yang selektif, yang dilandasi oleh semangat Islami sebagai
dasar terjadinya suatu pernikahan. Ingat! Setelah pernikahan, tidak
ada pilihan lagi buat kita, kecuali dua hal: mendapatkan ketenangan yang
membahagiakan rumah tangga atau memperoleh kesengsaraan yang membinasakan.
Na’udzubillahi min dzaalik!


Akibat Salah
Memilih

Akibat salah dalam memilih
pasangan hidup, banyak pasangan suami istri yang menghadapi kesulitan dan
hidupnya malah tidak bahagia, bahkan perceraian dan gonta ganti pasangan menjadi
sesuatu yang sudah biasa dilakukan. Dewasa ini, begitu banyak kasus pertikaian
di dalam sebuah keluarga, dari sekedar konflik yang berbentuk pertengkaran mulut
sampai dengan penganiayaan fisik bahkan pembunuhan, yang disebabkan oleh
kesalahan langkah awal dalam membentuk rumah tangga.

Iklim pergaulan di
masyarakat kita yang memang cenderung permisif dan belum Islami, merupakan
penyebab utama yang melahirkan pernikahan sebatas dorongan nafsu semata. Tolak
ukur pencarian pasangan hidup jarang yang berorientasi pada nilai-nilai agama.
Melainkan seringkali hanya sebatas keindahan fisik, melimpahnya materi dan
mulianya status di masyarakat, atau bahkan hanya karena sudah terlanjur cinta
yang telah menyebabkan mata hati menjadi buta terhadap kebaikan dan keburukan
orang yang dicinta.

Apabila pernikahan terjadi
hanya lantaran dorongan nafsu semacam itu, maka wajarlah jika banyak pasangan
yang bertikai mereasa kesulitan menyelesaikan permasalahan rumah tangga mereka
secara Islami, lantaran proses pernikahan mereka terjadi begitu saja secara
naluriah, tanpa ada landasan nilai-nilai ke-Islaman yang mengawali. Lalu
bagaimana mungkin akan kembali kepada Qur’an dan Sunnah, sedangkan mereka
dahulunya tidak berangkat dari keduanya? Maka memilih pasangan hidup atas dasar
nilai-nilai Islam adalah sikap yang penting, dan berhati-hati dalam memilih
pasangan hidup menjadi suatu keharusan bagi kita, camkanlah nasehat Luqman Al
Hakim berikut ini:

“Wahai anakku, takutlah
terhadap wanita jahat karena dia membuat engkau beruban sebelum masanya. Dan
takutlah wanita yang tidak baik karena mereka mengajak kamu kepada yang tidak
baik, dan hendaklah kamu berhati-hati mencari yang baik dari
mereka.”

(Begitu pula untuk Wanita
berhati-hatilah dalam mencari pasangan)


Siapa Yang Harus Kita
Pilih?

Islam
telah mengajarkan dengan cermat atas dasar apa kita harus memilih pasangan hidup
kita:

“Dinikahi wanita atas
dasar empat perkara: karena hartanya, karena kecantikannya, karena keturunannya,
dan k arena agamanya. Barangsiapa yang memilih agamanya, maka beruntunglah ia.”
(HR. al Bukhari dan Muslim)

Maka jelaslah bagi kita
bahwa ada empat dasar dalam menentukan siapa yang layak untuk kita pilih menjadi
pasangan hidup kita, yakhi kekayaan, keelokan, keturunan serta akhlak dan agama.
Dan di antara semuanya, maka akhlak dan agama menjadi jaminan kedamaian dan
kebahagiaan, sebaliknya pengabaian bahkan pengingkaran terhadap masalah ini akan
menyebabkan fitnah dan kerusakan yang besar bagi para pelakunya. Alangkah
indahnya memang bila kesemuanya terkumpul pada diri seseorang hamba
Allah.


Pilih Yang Taqwa,
Baru Yang Lain

Yang
pertama adalah perihal kekayaan

Hal ini
memang utama, bahkan Rasullah saw adalah seorang dermawan yang paling banyak
sedekahnya, tetapi pernikahan bukanlah sekedar transaksi perdagangan semata,
bahkan Allah mengancam mereka yang menikah semata-mata karena mengharapkan
kekayaan dengan kefakiran:

”Barangsiapa yang
menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahkannya kecuali
kefakiran..” (HR. Ibnu Hibban).

Yang kedua adalah
keelokan

Hal ini
juga memang boleh-boleh saja dan menyukai keelokan memang fitrah manusia, bahkan
Allah sendiri indah dan menyukai keindahan, tetapi pernikahan pun bukan sekedar
kesenangan mata belaka. Sesungguhnya keelokan merupakan karunia Allah kepada
hamba-Nya, yang kelak pasti akan diambil-Nya secara perlahan dengan bertambahnya
usia sang hamba. Karena memang tidak ada keelokan yang berkekalan
di dunia yang fana ini.

“Janganlah kamu
menikahi wanita karena kecantikannya, sebab kecantikan itu akan lenyap dan
janganlah kamu menikahi mereka karena hartanya, sebab harta itu akan membuat dia
sombong. Akan tetapi nikahilah mereka karena agamanya, sebab seorang budak
wanita yang hitam dan beragama itu lebih utama.” (HR. Ibnu Majah).


Dan ketiga adalah
keturunan,

Demikian
pula hal ini juga sesuatu yang utama, tetapi pernikahan pun bukan sekedar
kebanggaan silsilah yang justru bias membawa kepada penyakit ‘ashobiyah’. Bahkan
Allah mengancam mereka yang menikahi seseorang hanya untuk mengejar keturunan,
dengan memberikan kerendahan bukan kemuliaan.

“Barangsiapa yang
menikahi wanita karena keturunannya, Allah tidak akan menambahkan kecuali
kerendahan…”(HR. Ibnu Hibban)

Terakhir yang
keempat adalah akhlak dan agama,

Inilah
faktor yang paling utama, yang tidak boleh tidak, harus ada pada calon pasangan
hidup kita. Semakin baik akhlak dan agama seseorang, maka seakan-akan semakin
jelaslah kebahagiaan sebuah rumah tangga telah terbentang dihadapan kita. Akhlak
dan agama disini bukanlah sebatas ilmu dan retorika atau banyaknya hapalan di
kepala, melainkan mencakup ucapan dan perbuatan sebagai cerminan dari hati
seseorang yang telah melekat dalam kepribadiannya, dan inilah TAQWA yang
sebenarnya!.

Betapa beruntungnya menikah
dengan hamba yang bertaqwa, karena ia pandai menghormati pasangan hidupnya dan
sangat berhati-hati dari menzhaliminya, sebagaimana jawaban Hasan bin Ali ketika
ada seseorang yang bertanya. “Aku mempunyai anak gadis, menurutmu kepada siapa
aku harus menikahkannya?” Maka Hasan menjawab.” Nikahkanlah ia dengan lelaki
yang bertaqwa kepada Allah. Jika lelaki itu mencintainya, maka ia akan
menghormatinya, dan jika marah maka ia tidak akan menzhaliminya.

Dan sebaliknya penolakan
terhadap lelaki atau wanita yang bertaqwa, bagaikan menolak kebaikan dan
menggantinya dengan kerusakan:

Simaklah kedua hadits
berikut ini:

: “Jika
datang seorang laki-laki kepadamu (untuk melamar), sedang kau tahu ia baik
akhlak dan agamanya lalu kau tolak, maka jadilah fitnah buatmu dan kerusakan
yang besar,” (HR. Ibnu Majah)

: “Apabila
telah dating kepadamu seorang wanita yang agama dan akhlaknya baik maka
nikahilah dia. Jika engkau menikahi wanita bukan atas dasar agama dan akhlak,
maka wanita itu akan menjadi fitnah dan menimbulkan kerusakan luas.”(HR. At
Tirmidzi).

Akhirnya pernikahan yang
ideal sesungguhnya merupakan keseimbangan dari semua faktor tersebut, dengan
akhlak dan agama sebagai parameter yang paling penting, karena itu dalam memilih
pasangan hidup, jangan sampai niatan kita hanya sekedar mencari kecantikan atau
keturunan atau harta saja dengan meninggalkan criteria taqwa, sehingga tidak ada
keberkahan yang akan kita dapatkan dalam rumah tangga kita kelak.

“Barangsiapa yang
menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahkannya kecuali
kafakiran. Barangsiapa yang mengawini wanita karena untuk memejamkan
pandangannya, menjaga kemaluannya serta menjalin tali persaudaraan, niscaya
Allah memberkahinya.” (HR. Ibnu Hibban).

Mempersempit
Pilihan Untuk Keutamaan

Tidak jarang seseorang
dihadapkan pada sekian banyak pilihan pasangan hidup yang dari segi akhlak dan
agama sama dan setaraf, apalagi masalah di dalam ketaqwaan seseorang memang
sulit untuk dideteksi dalam waktu yang singkat. Maka untuk mencari sebuah
keutamaan, pilihan kadang memang perlu dipersempit, sebab semakin banyak pilihan
maka akan semakin sulit bagi kita untuk memilih yang terbaik. Dan menurut
kacamata agama yang tentunya selalu selaras dengan fitrah dan naluriah seorang
insan. Ada beberapa keutamaan yang bias dipertimbangkan dalam memilih pasangan
hidup. 1. Pilihan yang sekufu

“Pilihlah
wanita-wanita yang akan melahirkan anak-anakmu dan nikahilah wanita yang sekufu
(sederajat) dan nikahlah dengan mereka.”(HR. Ibnu Majah, Al Hakim, dan Al
Baihaqi)

Al Kafa’ah
merupakan masalah kesesuaian dan kesamaan antara pasangan pernikahan yang
dianggap paling mendekati, seperti pertimbangan akan masalah: usia, garis
keturunan, kehormatan, profesi, atau tingkat pendidikan. Para ulama menyarankan
agar laki-laki idealnya menikah dengan wanita yang setingkat dengannya atau
dibawahnya, sedangkan seorang wanita sebaiknya menikah dengan laki-laki yang
mempunyai tingkatan yang sama atau di atasnya.

Tetapi penting
untuk dipahami, bahwa tingkat kesamaan sosial ini bukanlah merupakan syarat
mutlak dalam sebuah proses pernikahan, karena Islam sendiri adalah agama tanpa
kelas, yang menyamakan kedudukan semua hambanya, terkecuali dari ketakwaanya.


Kalaupun ia
menjadi sebuah pertimbangan, adalah semata-mata sebagai tindakan kehati-hatian,
agar kelak tidak ada penyesalan dikemudian hari yang akhirnya bias lebih
menyakitkan, karena sesungguhnya hati manusia itu memang sering labil dan mudah
berubah-ubah. Dan masalah ini, sebenarnya merupakan tata cara kebijaksanaan
duniawi yang masih bisa disepakati bila ada persetujuan diantara kedua belah
pihak.

<if> 2.
Memilih yang penuh kasih sayang dan subur

“Nikahilah
wanita-wanita yang penuh kasih dan banyak memberikan keturunan (subur) sebab aku
akan bangga dengan banyaknya ummat dihari kiamat kelak” (HR. Ahmad).

Hamba yang
penuh kasih dan mengasihi adalah hamba yang memiliki nada perasaan (afek) yang
halus serta emosi yang terkendali. Kita dapat mengenali apakah seseorang
termasuk kriteria ini melalui ucapan, perbuatan ataupun tatapan mata, baik
dikala ia gembira maupun kecewa, yang kesemuanya itu dapat memberikan gambaran
tentang bagaimana kepribadian dan isi hati yang dimilikinya. Apakah dipenuhi
kelembutan dan kasih sayang? Ataukah dipenuhi kekasaran , kebencian dan
kepalsuan.

Sementara itu
mereka secara mudahnya dapat kita ketahui dari berapa jumlah saudara atau
keluarganya yang terdekat, atau dari jenis penyakit penghambat keturunan yang
diderita dirinya ataupun saudaranya dan keluarganya yang terdekat.
3. Memilih kerabat yang jauh

Nasihat
Rasulullah saw. “Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab dapat
berakibat melahirkan keturunan yang lemah akal dan fisik.” Dan selain untuk
menjaga kualitas keturunan dari penyakit bawaan, menikahi mereka yang berasal
jauh dari keluarga kita akan menambah ikatan kekerabatan dengan orang lain,
serta memberikan kebahagiaan sendiri bila harus berpergian jauh untuk saling
silaturahim. 4. Memilih para gadis

“Nikahilah
para gadis sebab ia lebih lembut mulutnya, lebih lengkap rahimnya, dan tidak
berfikir untuk menyeleweng, serta rela dengan apa yang ada di tanganmu.”
(HR. Ibnu Majah. Al Baihaqi dari Uwaimir bin Saidah)

Pernikahan dengan yang masih
gadis lebih utama daripada janda, karena dapat membuat hubungan lebih erat dan
menyatu, mereka lebih mudah digoda dan Bercanda serta bersenang-senang, lebih
setia dan menerima, serta lebih sedikit beban mental dan psikologisnya bagi
kita. Semua ini mempunyai kesan dan kenikmatan tersendiri di dalam menambah
keindahan rumah tangga.

Mempersempit pilihan
bukan mempersulit pilihan

Jadi sesungguhnya tidak ada
larangan untuk mempersempit pilihan kita dalam rangkan meraih sebuah
ketentraman, selama pijakannya tetap berpedoman kepada nilai-nilai Islam.
Walaupun demikian, keinginan ini bukan suatu kemutlakan yang harus
dilakukan apalagi dipaksakan.

Dalam kondisi-kondisi
tertentu, menikahi seorang yang dari satu sisi dianggap tidak sekufu, atau yang
kurang kesuburannya, atau yang masaih memiliki hubungan kerabat dekat, atau
seorang janda, bukanlah suatu perbuatan yang bernilai minus di dalam Islam,
bahkan bisa jadi lebih utama, bila ada alas an yang kuat untuk dilakukan.


Yang perlu digaris bawahi adalah
bahwa mempersempit pilihan ini tidaklah sama dengan mempersulit pilihan. Jika
mempersempit pilihan berdasarkan anjuran agama demi keutamaan, kepuasan dan
kesyukuran seorang hamba atas nikmat Allah yang sangat banyak, maka mempersulit
pilihan merupakan anjuran hawa nafsu demi keangkuhan, gengsi dan kepuasan
duniawi belaka. Jadi sangat jauh berbeda diantara keduanya!.

Ingat...hidup hanya sekali..dan semua amal kita akan dipertanggujawabkan di akhirat..
sehingga..pilihlah pasangan yang bisa membawamu pada kebahagiaan di dunia dan akhirat...



Catatan 

(Muhammad Iqbal)

14 Juni 2010 jam 1:17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar